Memasang Linux Mint 11 (Katya) dan Windows 7 agar Dual Boot di Netbook: Apa yang akan dilakukan jika dual boot sudah berhasil (4 – selesai)


Melanjutkan posting sebelumnya, posting kali ini adalah posting pemungkas dari segala keluh kesah sayah di posting-posting berikutnya… Begitu Katya dan Jendela bisa tinggal serumah, masalah ternyata belum berakhir, mereka masih rebutan harta warisan papah, rebutan perhatian abang bakso yang keren, dan saling meracuni minuman masing-masing *suara drum berdentum kayak di sinetron*, eh tapi bohong ._. Masalah sesungguhnya a-da-laaaah … *tangan diacungkan ke atas a la Pitri Tropikah*

Masalah pertama adalah aktivasi Windows. Saya mencoba mencari beberapa crack di internet, dan mencobanya, namun tiada yang berhasil. Justru crack (Windows 7 Loader) yang sudah disiapkan dalam DVD yang saya pinjam itulah yang berhasil. Saya baru mengetahuinya dan mencobanya setelah menginstall ulang :”)

Masalah kedua adalah drivers. Katya tidak mengalami masalah dengan driver begitu diinstall, sound, graphic, dan lain-lain langsung berjalan dengan sempurna. Lain halnya dengan Windows, begitu diinstall, saya menghadapi layar yang aneh, resolusinya salah. Ketika saya coba untuk mengganti resolusi ternyata tak bisa. Selanjutnya saya menyadari beberapa ikon gak jelas yang dahulu menghiasi bagian notification telah tiada. Hal yang sangat saya sesali adalah saya lupa mem-backup driver saya sebelum melakukan install ulang, – padahal saya sudah tahu bahwa hal itu bisa dilakukan dengan mudah – Dammit! Itu bisa dilakukan dengan menggunakan sofware Driver Backup. Saya pun mengunduh sekitar duapuluhan driver dari situs resmi ASUS, makan waktu 3 jam di warnet (yang seharusnya bisa buat beli ayam bakar di warung Lamongan terdekat), akibat kealpaan saya.

Masalah ketiga adalah codecs. Codecs dibutuhkan sistem operasi untuk memutar file audio-video. Bukan masalah besar, saya cukup mengunduh K-Lite Mega Codec Pack terbaru dan memasangnya. Yang membuat saya terkagum adalah Katya memiliki semua codecs yang dibutuhkan pre-installed, tak seperti Ubuntu yang kosongan gak pake codecs, bahkan Windows yang tak langsung memiliki segalanya.

Masalah keempat adalah aplikasi. Office adalah aplikasi yang paling penting buat saya. Di Katya hanya ada Libre Office yang, sedangkan di Windows hanya ada Microsoft Office. Sebenarnya Katya bisa membuka file berformat *.docx, *.xlsx, *.pptx dan kawan-kawan, tapi tak bisa persis seperti di Microsoft Office, begitu pula Microsoft Office pada *.odt dan kawan-kawan. Memang sih cuma masalah format, namun terkadang agak mengganggu, saya harap format standar adalah yang open source, bukan yang proprietary. Hingga kini saya belum tahu bagaimana harus deal with masalah ini.

Masalah kelima adalah penyimpanan data. Di Windows saya menyimpan data di D:/ “DATA” (sda3), sedangkan di Linux saya menyimpan data di /home (sda8). Katya dapat membaca partisi Windows, jadi tak ada masalah dengan data yang saya simpan di D:/ “DATA”. Namun, Windows secara native tak dapat membaca partisi Linux, maka saya mencari tahu di Google dan menemukan Ext2Fsd (EXT2 Filesystem Driver).

Sesuai namanya, Ext2Fsd adalah software Windows yang berfungsi sebagai semacam driver EXT2 bagi Windows. Software ini membuat Windows jadi bisa membaca partisi EXT2 seperti partisi NTFS dan FAT32. Tapi, Katya menggunakan EXT4, versi yang terbaru di atas EXT2. Ext2Fsd hanya bisa membuat Windows membaca saja, tapi tak bisa menulis ke/ mengubah partisi EXT4 (read-only). :( Well, itu tak bisa ditolong, saya pikir inilah yang terbaik yang bisa saya peroleh. :)

Yang makin membuat saya kagum pada Katya adalah instalasinya yang begitu mudah dan cepat jika dibandingkan dengan Windows. Hanya perlu satu kali restart untuk menginstall Katya, namun perlu beberapa kali restart untuk menginstall Windows. Akan tetapi instalasi aplikasi di Katya tidaklah mudah jika tak didukung koneksi internet yang ciamik sehingga bisa search di Synaptic langsung jadi, tapi itu tetap bisa disiasati X) Selain itu terkadang Katya mengalami crash tanpa alasan yang jelas, dan kadang sound nya tidak berkerja yang karenanya perlu di-shutdown dan dinyalakan kembali bila terjadi. Entah apa penyebabnya, mungkinkah karena saya menginstall di partisi Logical? Ah, ini baru awal, saya masih belum tahu bagaimana membuat desktop yang cantik dan automasi tugas di Linux yang konon sangat bermanfaat.

Semoga bermanfaat.

Komentar Pemirsa